KAPAN ANAK SIAP SEKOLAH? - RSI Cahaya Giri
  • KAPAN ANAK SIAP SEKOLAH?

    Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sering mulai mencari sekolah mana yang cocok untuk anak, yang jaraknya dekat dari rumah, atau sekolah yang berprestasi. Namun satu hal yang perlu dipertimbangkan pertama kali justru adalah apakah anak siap untuk sekolah?. Kesuksesan anak menjalani kehidupan sekolah sangat berperan dalam membentuk kepercayaan diri anak sehingga keputusan untuk menyekolahkan anak perlu dipertimbangkan secara matang.

    Kondisi dan pola interaksi sosial di sekolah berbeda dengan di rumah. Pengasuh atau orangtua di rumah umumnya membantu anak untuk mandi, berpakaian, makan, atau mengajak anak bermain. Lain halnya dengan situasi sekolah, anak diharuskan untuk duduk diam di kelas bersama belasan atau puluhan siswa lain, mendengarkan guru berbicara dan memberi instruksi dari depan kelas, mengerjakan tugas dan mematuhi aturan di kelas, berganti pakaian atau buang air kecil di WC, dan sebagainya. Beberapa faktor sosial, emosional, motor, dan kognitif perlu dipertimbangkan ketika menilai apakah anak siap untuk sekolah.

    Kapan Anak Siap Sekolah? (Source: Google)
    Kemampuan untuk menguasai pengalaman baru.
    Anak yang mampu memadukan pengalaman baru dengan pengalaman lampau diharapkan akan mudah beradaptasi, sedangkan anak yang canggung dan mudah panik kemungkinan akan mengalami kesulitan menghadapi situasi sekolah.

    Cukupkah bekalnya?
    Anak perlu dikenalkan dengan kebiasaan-kebiasaan di sekolah. Membaca buku, menunggu giliran, mematuhi instruksi lisan, dan bersosialisasi dengan teman seusia merupakan beberapa contoh bekal yang dapat orangtua kenalkan kepada anak. Kemiskinan, trauma, stres dalam keluarga brokenhome sering membuat anak-anak kurang terpapar dengan kebiasaan sekolah tersebut.

    Apakah anak sudah bisa lepas dari pengasuh?
    Kedekatan anak dengan guru sangat berbeda dengan bentuk kedekatan anak dengan pengasuh di rumah. Satu guru dalam satu kelas tentu tidak akan memfokuskan perhatiannya pada satu anak saja dalam satu waktu. Anak harus dapat mengurangi ketergantungannya terhadap pengasuh dan mandiri dalam aktivitas sehari-harinya (makan, minum, berganti pakaian, ke kamar kecil, dan sebagainya).

    Bagaimana kemampuan anak mengontrol diri dan bersosialisasi?
    Anak harus mampu duduk tanpa mengganggu anak-anak lain, tenang mendengarkan selama waktu tertentu, serta mematuhi instruksi yang disampaikan dari jarak jauh di ruangan yang ramai. Anak harus mampu mengatasi rasa lapar sampai jam makan, serta mentoleransi perasaan teman dan tidak meluapkan emosi dengan kekerasan. Anak harus mampu bermain tanpa memukul, menggigit, atau membentak untuk menyelesaikan konflik.

    Masalah belajar, keterlambatan bicara, serta masalah koordinasi sensorik dapat menimbulkan kesulitan pada anak di sekolah regular. Anak dengan masalah demikian sebaiknya tidak diminta untuk menunda sekolah, justru sebaliknya mereka adalah anak berkebutuhan khusus yang akan sangat terbantu dengan program pendidikan khusus sesuai dengan masalah perkembangannya.

    Tabel di bawah ini adalah beberapa karakteristik keterampilan dasar yang dapat menjadi petunjuk apakah anak siap menjalani kehidupan sekolah.

    Petunjuk Anak Siap Sekolah
    Saat ini banyak sekolah dasar menentukan batasan tanggal lahir atau usia tertentu untuk diperbolehkan masuk sekolah, sehingga sebagian anak terpaksa menunda masuk sekolah dasar karena usianya belum genap. Sebenarnya sampai saat ini tidak ada usia ajaib yang tepat untuk semua anak dianggap pantas bersekolah. Namun demikian, untuk memutuskan ya atau tidak menyekolahkan anak, orang tua perlu mempertimbangkan secara masak apakah anak memang sudah memiliki bekal yang cukup untuk siap bersekolah.

    Jika anak mulai mengalami masalah belajar yang serius di sekolah, penting untuk segera menyadari kesalahan penempatan anak di sekolah, dibandingkan anak terus dipaksa mengikuti sekolah dengan harapan akan dapat menyusul ketertinggalannya. Lebih mudah bagi anak untuk mengulang sekolah dasar kelas 1 dibandingkan harus mengulang kelas 4 ketika timbul masalah belajar yang lebih serius. Proses belajar dan kesuksesan anak di sekolah sangat berkaitan dengan kepercayaan diri anak dalam jangka panjang sehingga keputusan untuk menyekolahkan anak untuk pertama kali perlu dipertimbangkan secara matang.

    Artikel Ikatan Dokter Anak Indonesia
    Penulis : Pustika Efar, Rini Sekartini (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Telah dimuat di harian Kompas (17 - 2 - 2013)
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

partner

wa