Artikel RSI Cahaya Giri 4 (Sumber: IDAI, 2013) |
Diabetes tidak menghalangi anak untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Bagi anak-anak ini diperlukan strategi khusus agar kadar gula darah tetap stabil dan terpantau selama berpuasa, sehingga mereka tetap sehat dan terhindar dari komplikasi.
Perubahan metabolisme selama berpuasa
Puasa yang berlangsung 12-13 jam tidak akan mengganggu kesehatan bagi orang sehat maupun penyandang diabetes melitus (DM) tipe 1 yang kadar gula darahnya terkontrol. Namun pada diabetes yang tidak terkontrol, risiko ketoasidosis (salah satu komplikasi akibat kadar gula darah yang tinggi) meningkat. Di samping itu, gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkanpoliuria (bertambahnya pengeluaran air kemih) yang berujung pada dehidrasi. Oleh karena itu, puasa hanya disarankan bagi penyandang diabetes yang memilih kontrol gula darah yang baik.
Karena adanya perubahan di atas, anak dengan DM tipe 1 perlu melakukan beberapa penyesuaian dalam hal diet, penggunaan insulin, dan aktivitas fisik.
Diet
Saat berpuasa,secara alami akan terjadi penurunan aktivitas fisik dan asupan makanan. Oleh karena itu, jumlah asupan kalori harus disesuaikan dengan jumlah kebutuhan sehari-hari dengan komposisi 15-20% protein, 60-65% karbohidrat dan 20-25% lemak. Porsi makan yang diberikan sebagai berikut:
50% total kalori saat berbuka.Sebelum shalat maghrib disarankan mengonsumsi makanan ringan/segar, diikuti makanan padat/besar sebaiknya sesudah shalat maghrib;
10% dari total kalori diberikan setelah salat tarawih berupa snack;
40% dari total kalori diberikan saat sahur.
Penyandang DM tipe 1 dianjurkan untuk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan makan sahur. Hindari pula mengonsumsi makanan secara berlebihan, khususnya gula murni. Selain itu, disarankan juga untuk menjaga asupan cairan lebih kurang 1500-2000ml sehari.
Insulin
Untuk mencegah hipoglikemia (menurunnya gula darah secara ekstrem), perlu dilakukan penyesuaian dosis insulin. Selama berpuasa, total insulin yang diberikan sehari sekitar 75-80% dari total dosis harian saat tidak berpuasa. Pemberian dilakukan sebagai berikut:
Dua kali pemberian dengan insulin kerja pendek dan menengah(split-mixed). Dua pertiga dosis harian diberikan saat sebelum berbuka dan 1/3 saat sahur.
Dua kali pemberian menggunakan insulin kerja panjang dan pendek (basal-bolus): Total insulin kerja panjang diberikan 80% dosis saat tidak puasa, dosis insulin bolus dibeirkan sesuai kalori makanan.
Penderita dengan pompa insulin: dosis insulin basal diturunkan menjadi 80% dosis tidak puasa. Dosis bolus disesuaikan dengan kalori makanan.
Aktivitas harian
Saat berpuasa, kegiatan sehari-hari dapat dilakukan seperti biasa. Namun, penyandang DM tipe 1 dianjurkan untuk istirahat sejenak setelah zuhur. Olahraga ringan sampai sedang sebaiknya dilakukan malam hari sesudah salat tarawih dengan tetap memperhatikan asupan kalori. Selain itu, perhatikan pula tanda-tanda hipoglikemia saat sedang berolahraga.
Bila terjadi hipoglikemia, sebaiknya olahragasegera dihentikan dan diberikan makanan kecil atau minuman yang mengandung gula. Para penyandang DM tipe 1 juga harus segera membatalkan puasanya bila didapatkan gejala hipoglikemia padasiang hari. Tanda hipoglikemia antara lain rasa lemas, berdebar, pandangan kabur, dan keringat dingin.
Sekali lagi, puasa Ramadhan pada anak dengan DM tipe 1 bukanlah kewajiban mutlak seperti halnya pada orang sehat. Namun bila tetap ingin berpuasa Ramadhan, lakukanlah puasa secara aman dengan manajemen diet, insulin, dan aktivitas harian yang tepat.
Catatan: Artikel ini dimuat di Buletin IKADAR (Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Anak dan Remaja) edisi Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar